Tuesday, July 19, 2011

Working Woman... “Bunga Rampai Perempuan Multitask”


Perempuan....
Sebutan bagi Makhluk yang Istimewa dari Maha Kuasa...
Nirwana sekian nyawa dalam balutan lembut mesra...
Pelita bagi setiap pasang mata...yang layak dicinta, diharga dan dibangga melalui kerja nyata pada perputaran dunia...

Begitulah bagi saya makna seorang perempuan.  Dari dahulu hingga kini perkembangan kiprah perempuan mengalami metamorfosa yang luar biasa. Jika dahulu perempuan hanya dilambangkan sebagai makhluk yang lemah tiada berdaya di hadapan rumah tangga bahkan dunia, kini berkat jasa  R. A Kartini yang dihadirkan untuk mendobrak  marginalisasi perempuan demi mendongkrak emansipasi perempuan, maka kita seolah diberikan jalan luas nan panjang untuk menunjukkan cita dan cinta pada dunia dengan gegap gempita melalui setiap kerja nyata.
Kerja bagi seorang perempuan saat ini, bisa diartikan adanya perwujudan aktualisasi diri di ruang publik, bukan hanya terbatas pada ruang privat yang selama ini banyak didogmakan atas perempuan. Lingkup kerja perempuan menjadi ekstra di luar ruang privat (rumah tangga) yang memang harus tetap menjadi tanggung jawab sejati jika telah menjadi istri dan ibu. Pertanyaan apakah bisa perempuan menggenggam dua lingkup kerja sekaligus dalam perannya? seringkali menari-nari di setiap pikiran sebagian orang. Namun saya pastikan bahwa jawabannya adalah BISA. Perempuan haid, hamil, melahirkan,… ini bukan pekerjaan yg gampang, and women can get through it while doing anything else…. Bahkan masih bisa berkarir sekalipun.
                Perempuan memang makhluk istimewa dan memiliki banyak kelebihan di banding kaum laki-laki terutama dalam masalah kerja. Kemampuan perempuan untuk bisa melaksanakan banyak pekerjaan sekaligus dikenal dengan multitask memang benar adanya. Hasil penelitian dari Professor Keith Laws, seorang psikolog di University of Hertfordshire, menyatakan perempuan sangat baik dalam mengerjakan pekerjaan multitasking dibandingkan laki-laki. Dari hasil penelitian yang ditunjukan, para ilmuwan percaya bahwa perempuan lebih mampu merefleksikan masalah, sambil terus menyeimbangkan komitmen mereka yang lain ketimbang laki-laki.
Perempuan dapat mengandalkan kedua tangan dan dua otak untuk bekerja simultan. Sebuah artikel menguatkan, bahwa otak wanita memiliki Corpus Callosum, sekelompok syaraf yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Sedang pada pria, syaraf ini memiliki ukuran 25% lebih kecil dibanding wanita. Itu artinya, wanita cenderung mudah menghubungkan antara perasaan dan pikirannya. Kuatnya koneksi antara bagian-bagian otak yang berlainan itu rupanya yang lalu mampu memunculkan kemampuan wanita dalam hal multitasking. Dalam satu waktu, mereka mampu berpikir, mengingat, merasa dan mendengar serta merencanakan suatu hal secara bersamaan.
Melalui kemampuan multitasking, para perempuan termasuk saya memiliki hak untuk berkarya mengaktualisasi diri, menjadi mandiri dan berdikari.  Dan inilah yang menjadi konsekuensi saya sebagai seorang perempuan yang kini menjadi single parent. Memegang peran ganda sebagai ibu sekaligus bapak yang bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan rumah tangga secara mandiri dan harus melindungi, menjaga, memperhatikan, menyayangi dan mendidik anak-anak, menjadi manager rumah tangga yang mengurusi pembantu, belanja bulanan, bayar listrik dan sebagainya, serta menjadi wakil rakyat untuk mendengarkan aspirasi dan memperjuangkannya, menjadi pengurus partai yang menjalankan fungsi-fungsi manajerial sebagai wakil sekjen DPP dan wakil ketua fraksi, ditambah saat ini tercatat sebagai mahasiswi S3. Dibalik semua itu, saya tetap harus menjadi perempuan yang pintar mengurusi dan merawat kecantikan. Semua pasti bertanya masa sih bisa dijalankan semuanya? Ternyata perempuan memiliki ekstra power yang bisa membuat semuanya berjalan lancar. Semua berawal dari hati dan semua bisa dijalankan apabila suami BISA memahami. WOMAN is a PARTNER for a MAN. So,… sebagai partner, sudah selayaknya perempuan berjalan beriringan dengan laki-laki.
Berbagai aktivitas yang cukup padat itu memaksa saya harus pandai berbagi tubuh. Menyediakan energi dan membagi pikiran secara simultan, agar bisa terakomodir semua kepentingan. Beruntungnya saya adalah perempuan, karena ketrampilan itu sudah bakat alam, karunia dari Tuhan yang harus disyukuri, dijalani sebaik-baiknya dengan tetap menunaikan kewajiban dan meminta hak tanpa melanggar batas-batas gender.  Perempuan itu HARUS percaya kalo dia punya POWER to change ANYTHING…
Tidak mudah menjalankan tugas-tugas tersebut, mengatur waktu, dan mengatur emosi. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan tugas menjenguk konstituen. Berangkat subuh sebelum anak-anak bangun dan pulang malam setelah anak-anak terlelap. Perasaan itu yang kadang-kadang harus dikompromikan supaya tidak menggerogoti perasaan. Keputusan saya memilih dunia politik memang dilatar belakangi dari ketertarikan dan kepedulian saya untuk memberikan manfaat bagi sesama melalui kuasa yang dipunya. Sejarah mencatat bahwa keterwakilan gerakan perempuan dalam politik di Indonesia telah dimulai sejak abad 19 dan sejak tahun 1958 melalui UU No 68 Indonesia telah meratifikasi Hak Politik Perempuan. Lagi-lagi ini merupakan satu bukti bahwa perempuan bisa lebih bergigi.
We have our brain… dan kalo kita perempuan memberdayakan OTAK yang kita punya semaksimal mungkin, sebetulnya perempuan sungguh sangat mampu melakukan beberapa hal sekaligus (MULTITASKING), yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh kaum pria. Perempuan tidak boleh merasa lemah, tidak boleh merasa kalah, tidak boleh merasa tidak berdaya dan sangat butuh bergantung pada orang lain.
Dengan semua keistimewaan yang dimiliki perempuan dan kesibukan yang mengitari saya sebagai seorang perempuan, tetaplah hati dan jiwa tidak boleh menjadi hampa, hambar dan haus tergerus kerja otak yang terus menerus. Mencari arah kepada keseimbangan dengan muara kasih dari orang-orang yang disayangi akan selalu saya nanti dan tiada lain yang bisa membuat semua menjadi berisi dan berseri selain dari kesempatan untuk melewatkan hari bersama anak-anak tercinta, mengantar dan menemani mereka ke sekolah adalah hiburan bagi hati, melihat anak-anak tumbuh dengan cerdas dan sehat merupakan penawar yang tiada tergantikan. Sangat disadari ternyata anak membawa kedamaian dari semua kepenatan. I’m Glad to be a woman and more glad to be a mother.
Jadi, bersyukurlah selalu apapun peran kita sebagai perempuan di masyarakat, karena banyak hal yang bisa disyukuri dan dibanggakan sebenarnya, bila kita menyadarinya. Banyak-banyaklah melihat dan belajar bagaimana peran dan tugas perempuan dari sekeliling kita dan banyak-banyaklah membaca hal yang penting dan perlu dibaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita sebagai seorang perempuan. Bravo Working Woman!

No comments:

Post a Comment